Sabtu, 05 Maret 2011

TARI KREASI MANCANEGARA TERBARU_SMP NEGERI 1 SINGARAJA


Sinopsis Tari Garapan Mancanegara

A Piece Of Peace FROM Jungle
( Serpihan Kedamaian dari dalam Hutan )





Di sebuah hutan yang damai nan hijau. Tinggallah sekelompok peri-peri kecil (5 peri) yang hidup rukun. Sekelompok peri hutan itu dipimpin oleh ketua dari kelompok peri hutan tersebut yang dikenal dengan nama Reina  (dalam Bahasa Indonesia berarti Ratu). Sang Ratu memimpin kelompok dengan adil dan bijaksana. Beliau memiliki wibawa serta aura yang sangat anggun nan rupawan untuk memimpin peri-peri hutan.




Segala sesuatu kegiatan selalu dilakukan secara bersama-sama dan saling tolong menolong satu sama lain. Peri-peri kecil itu selalu tampak kompak. Suatu hari, Sang Ratu mengadakan suatu pesta. Di sana mereka bermain dan menari bersama tanpa lelah. Mereka menikmati pesta itu dengan riang gembira.
           



Namun salah satu peri tanpa sengaja membuat peri pasangannya terjatuh ketika berdansa. Itu yang membuat kelompok peri-peri hutan itu terpecah menjadi dua kubu, yakni Kubu Elegante ( Scotland ) dan Kubu Kareina ( India ). Ketika konflik semakin memanas, akhirnya mereka bertarung dengan cara mereka sendiri. Yakni saling memperlihatkan keanggunan gerakan tubuh mereka masing-masing. Siapa yang terindah, kubu itulah yang memenangkan persaingan. Namun karena Kubu Elegante terlalu sombong, angkuh, dan menari dengan penuh amarah dalam bersaing, akhirnya mereka jatuh.
            
Melihat itu, Sang Ratu pun mencoba untuk mendamaikan kedua belah pihak. Akhirnya mereka menyadari kesalahan mereka masing-masing. Peri-peri hutan pun menari bersama dengan suka cita dan mengangkat Sang Ratu sebagai tanda penghormatan mereka kepada beliau.




Hindusm_World


MAKNA DARI BERBAGAI BANTEN PADA PEJATIAN

1.   Ajuman
Yang menjadi unsur-unsur dari banten ajuman atau soda adalah sebagai berikut.
a)   Biasanya alasnya berupa bokor atau kapar yang dilapisi taledan diatasnya.
b)   Berisi  :
o    Buah (pisang + buah-buah yang lain)
o    Sanganan (Jaja/kue)
o    Nasi Penek,dua buah Nasi penek adalah nasi yang dibentuk sedemikian rupa sehingga berbentuk bundar dan sedikit pipih, adalah lambang dari keteguhan atau kekokohan bhatin dalam mengagungkan Tuhan, dalam diri manusia adalah simbol Sumsuma dan Pinggala yang menyangga agar manusia tetap eksis. Selain itu Nasi Penek ini melambangkan danau dan lautan (Purusa dan Pradana).
o    Rerasmen atau lauk pauk yang dialasi Tri Kona atau tangkih dan celemek.
Rerasmen itu diantaranya ada delapan macam, yakni :
ü  Kacang Merah
ü  Saur
ü  Kacang Komak
ü  Telur Matang + Gerang.
ü  Daun-daunan (Don Plawa atau Don Kayu)
ü  Pelas + Tada Sukla
ü  Urab atau rambanan
ü  Daging ayam
ü  Sayur Mentah (buncis, mentimun)
o    Sampyan Plaus atau Petangas, dibuat dari janur kemudian dirangkai dengan melipatnya sehingga membentuk seperti kipas. Memiliki makna sebagai simbol bahwa dalam memuja Sang Hyang Widhi, manusia harus menyerahkan diri secara totalitas di pangkuan Hyang Widhi, dan jangan banyak mengeluh, karunia Hyang Widhi akan turun ketika BhaktaNya telah siap.
Makna dari Sarana yang dipakai untuk memuliakan Hyang Widhi (ngajum, menghormat, sujud kepada Hyang Widhi). Dimana ajuman atau soda ini dipersembahkan kepada para dewa sebagai ‘makanan’ beliau.

2.   Banyuawangan
Banyuawangan berfungsi untuk membersihkan atau menyucikan diri dari segala macam kotoran yang melekat pada diri manusia.
Banyuawangan terdiri dari :
a)   Liis Banyuawangan
o    Jan 2 potong
o    Lawangan 2 potong (Pintu)
o    Tangga Menek dan Tangga Tuun tiga buah.
Melambangkan : Anggaplah sebuah rumah, dimana sebelum memasuki rumah, kita menaiki sebuah jan . Setelah itu membuka pintu rumah itu (lawangan), dan mulai membersihkan ke bagian atas rumah (tubuh manusia : kepala) dengan Tangga Menek, dan membersihkan bagian rumah ke bawah (tubuh manusia : kaki) dengan Tangga Tuun.
b)   Ceper berisi porosan, plawa, dan bunga. Terdapat pula clekotol yang berisi tepung tawar (beras, daun dabdab, dan unir/kunyit, ditumbuk), Nasi Segau atau awon tabu dapur (Dibuat dari nasi dicampur dengan abu dapur), kapas yang berisi minyak. Dimana tepung tawar, nasi segau, dan kapas yang berisi minyak itu berfungsi untuk membersihkan diri atau menyucikan diri sebelum menghadap kepada Beliau. Setelah badan jasmani sudah dibersihkan, pada ceper tersebut, ada tekor tegak dua buah pula. Satu berisi air dan bunga harum, yang satunya lagi berisi air kelapa gading (Kelungah), tidak dibenarkan bila kita menggunakan air kelapa muda (kuud). Disini, air kelapa gading berasa sedikit sepat, untuk membersihkan atau ‘membasuh’ diri agar kotoran yang ada pada diri manusia lenyap, dan siap untuk menjalani atau melakukan yadnya. 

Jumat, 04 Maret 2011

Chem_World


Merangkai
Alat Penguji Elektrolit

A.  ALAT DAN BAHAN


a.      Cuk/colokan
b.      Bola lampu
c.       Pitingan
d.      Kabel seart penghantar tembaga
e.       Batang logam tembaga (2 batang)
f.        Gunting
g.      Isolasi
h.      Pisau
i.        Gelas
j.        Larutan Detergen
k.      Air Tomat
l.        Air Ledeng
m.    Larutan Kopi
n.      Larutan Segar sari Jeruk
o.      Larutan Gula
p.      Larutan Garam
q.      Larutan


B.   LANGKAH-LANGKAH
Berikut adalah langkah-langkah membuat Alat Penguji Elektrolit:
a.      Siapkan semua alat dan bahan yang diperlukan.
b.      Potong kabel serat penghantar tembaga menjadi 3 bagian, dimana kabel yang pertama digunakan untuk menghubungkan antara batang logam tembaga pertama dengan cuk/colokan, kabel kedua untuk menghubungkan antara cuk/colokan dengan lampu (yang sudah terpasang di pitingannya), dan kabel yang ketiga digunakan untuk menghubungkan antara lampu ke batang logam tembaga kedua.
c.       Selanjutnya, hubungkan kabel pertama untuk menghubungkan Batang Logam Tembaga pertama dengan cuk/colokan. Caranya, dengan mengupas satu ujung kabel serat tembaga secukupnya sehingga serat tembaga di tengahnya terlihat. Kemudian lilitkan serat tembaga pada kabel dengan Batang Logam Tembaga pertama. Buka/bongkar cuk/colokan. Kupas ujung kabel serat tembaga yang satunya lagi secukupnya sehingga serat tembaga di tengahnya terlihat pula . Pasang serat-serat tembaga itu pada kabel ke salah satu lubang pada cuk/colokan (yang tersedia).
d.      Lalu, hubungkan kabel serat tembaga kedua untuk menghubungkan cuk/colokan dengan lampu yang sudah terpasang di pitingannya. Caranya, kupas salah satu ujung kabel tersebut secukupnya. Serat Tembaga pada kabel dipasangkan ke lubang satunya pada cuk/colokan. Pasang kembali cuk/colokan (yang tadinya dibongkar) agar kembali seperti semula. Untuk memasangkan kabel serat penghantar pada pitingan lampu, pertama-tama putuskan kabel pada pitingan yang semula tersambung. Kupas ujung yang satunya dari kabel serat penghantar yang akan dihubungkan. Hubungkan serat tembaga pada kabel penghantar dengan salah satu kabel pada pitingan dengan menggunakan isolasi.
e.       Selanjutnya, hubungkan kabel ketiga untuk menghubungkan antara lampu ke batang logam tembaga kedua. Dengan cara yang sama seperti pemasangan kabel serat tembaga sebelumnya, yakni dengan melilitkan serat tembaga pada kabel penghantar itu pada batang tembaga kedua.
f.        Setelah tersusun secara baik dan benar, mulailah melakukan percobaan dengan mencolokkan cuk atau colokan pada stopkontak. Lalu celupkan kedua tembaga itu ke dalam larutan yang akan diuji dengan memegang bungkus plastik pada kabel penghantar agar tidak terjadi terkena strum atau korsleting. Ingat! Jangan sekali-sekali menyentuh batang tembaga ketika cuk sedang dicolokan pada stopkontak. Karena itu sangat berbahaya bagi keselamatan bekerja, serta ketika melakukan percobaan sebaiknya menggunakan alas kaki.
g.      Setelah itu, amatilah apa yang terjadi pada larutan dan lampu tersebut!
h.      Untuk memindahkan batang tembaga ke larutan lain yang ingin diuji, ada baiknya melepas colokan pada stopkontak terlebih dahulu, dan membersihkan kedua batang tembaga itu dengan hati-hati hingga kering dari larutan sebelumnya. Agar larutan berikutnya tidak terkontaminasi dengan larutan sebelumnya dan dapat mempengaruhi hasil percobaan yang dilakukan. 

C. HASIL PERCOBAAN DAN PENGAMATAN
NO
BAHAN
LAMPU
ELEKTRODA
KETERANGAN
+
-
1
Air jeruk
ü   

Tidak menghasilkan gelembung gas
Lampu menyala terang
2
Larutan Rinso
ü   

Tidak menghasilkan gelembung gas
Lampu menyala terang
3
Larutan Garam
ü   

Tidak menghasilkan gelembung gas
Lampu menyala terang
4
Larutan Gula

ü   
Tidak menghasilkan gelembung gas
Lampu tidak menyala
5
Air Ledeng
ü   

Tidak menghasilkan gelembung gas
Lampu menyala redup
6
Air Tomat
ü   

Tidak menghasilkan gelembung gas
Lampu menyala redup
7
Larutan Kopi
ü   

Tidak menghasilkan gelembung gas
Lampu menyala redup
8
Air Mineral
ü   

Tidak menghasilkan gelembung gas
Lampu menyala redup

D.  KESIMPULAN DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil percobaan kami, maka dapat disimpulkan bahwa tidak semua larutan yang kami uji ini mampu menghantarkan listrik dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan nyala lampu yang dihasilkan. Ada yang terang, ada yang redup, bahkan ada yang tidak menyala. Hal ini dikarenakan sifat dari suatu larutan yang diuji. Ada yang berikatan ion, ada pula yang berikatan kovalen. Biasanya larutan yang memiliki ikatan kimia ion, lebih besar daya hantar listriknya dibandingkan dengan kovalen. Namun ada pula larutan kovalen yang tidak mampu menghantarkan listrik, yakni larutan kovalen non polar. Dimana keelektronegatifan dari kedua atom yang berikatan sama besar, sehingga bentuk molekulnya simetris dan seakan – akan tidak membentuk dua kutub yang berbeda. Akibat tidak adanya kutub positif dan kutub negatif, sehingga larutan ini tak mampu menghantarkan listrik dengan baik.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa larutan yang nyala lampunya terang merupakan larutan yang bersifat elektrolit kuat. Karena larutan elektrolit yang daya hantarnya besar sehingga menyebabkan nyala lampu terang. Yaitu : larutan yang bersifat asam kuat (air jeruk), basa kuat (air sabun detergen), dan larutan yang bersifat garam-garaman atau netral (larutan garam). Sedangkan dalam percobaan ini larutan elektrolit lemah menghantarkan daya listrik yang lemah pula atau kecil,sehingga nyala lampu yang dihasilkan pada, air ledeng, air tomat larutan kopi, dan air mineral itu redup. Yang terakhir pada larutan gula, tergolong ke dalam larutan nonelektrolit karena molekul – molekul pada larutan gula tidak dapat menghantarkan listrik dengan baik, sehingga larutan tidak menghasilkan gelembung gas, dan lampunya ketika diuji coba tidak menyala.

Rabu, 02 Maret 2011

Masyarakat Awal Indonesia

Masyarakat Awal Indonesia

1)      Jenis-jenis Manusia Purba di Kepulauan Indonesia
Menurut para ilmuan, jaman yang terpenting bagi kehidupan kita ialah zaman Kwarter, dan pada masa inilah manusia mulai muncul untuk pertama kalinya. Zaman Kwarter ini dimulai sejak 600.000 tahun yang lalu. Zaman Kwarter inipun dibagi menjadi dua zaman lagi, yaitu Zaman Diluvium (Zaman Pleistosen), dan Zaman Alluvium (Zaman Holosen). Keadaan alam yang melatarbelakangi kehidupan manusia pada Zaman Pleistosen ditandai dengan peristiwa yang sangat besar pengaruhnya bagi kehidupan manusia. Peristiwa itu, yakni meluasnya permukaan es di muka bumi. Zaman ini dikenal dengan nama Zaman Es. Jejak kehidupan manusia purba yang ditemukan dari lapisan bumi Pleistosen  terdapat di berbagai tempat di dunia, termasuk juga di Kepulauan Indonesia. Di lapisan inilah mulai terdapat peninggalan-peninggalan manusia purba dan kebudayaannya. Indonesia menempati kedudukan yang sangat penting, dalam hal penemuan fosil. Ada berbagai macam dan jenis manusia purba yang pernah mendiami wilayah kepulauan Indonesia. Berikut diantaranya.

a)      Meganthropus
Meganthropus merupakan fosil manusia yang paling primitif atau tertua. Meganthropus Palaeojavanicus merupakan manusia purba yang hidup pada zaman Pleistosen bawah (Gelasian dan Calabrian). Meganthropus Palaeojavanicus berarti Manusia purba raksasa tertua dari Jawa. Fosil manusia purba ini ditemukan pertama kali oleh Gustav Heinrich Ralph Von Koenigswald di Sangiran antara tahun 1936-1941. Berdasarkan umurnya, fosil ini diperkirakan berumur sekitar 1-2 Juta tahun. Adapun ciri-ciri dari Meganthropus Palaeojavanicus ini ialah :
o   Badannya tegap dengan tonjolan di belakang.
o   Tulang pipi tebal dengan tonjolan pula pada kening atau dahinya.
o   Manusia ini tidak berdagu.
o   Otot kunyah, gigi, dan rahangnya besar dan kuat.
o   Biasanya jenis Meganthropus ini hanya memakan tumbuh-tumbuhan.
b)      Pithecanthropus
Pithecanthropus merupakan fosil manusia purba yang paling banyak ditemukan di Indonesia. Berasal dari asal katanya, yaitu pithekos yang berarti kera, dan anthropus yang berarti manusia. Sehingga Pithecanthropus berarti manusia kera. Pithecanthropus hidup di zaman Pleistosen bawah (Gelasian dan Calabrian), dan Pleistosen tengah (Ionian). Genus ini memiliki tubuh anggota badan yang tegap namun tak setegap Meganthropus. Adapun ciri-ciri dari genus Pithecanthropus ialah sebagai berikut.
o   Tinggi Badannya sekitar 165-180 cm.
o   Volume Otak berkisar antara 750-1350 cc.
o   Alat pengunyah dan alat tengkuk sangat kuat.
o   Bentuk graham besar dengan rahang yang sangat kuat.
o   Bentuk tonjolan kening tebal melintang di dahi dari sisi ke sisi
o   Bentuk hidung tebal
o   Bagian belakang kepala tampak menonjol menyerupai wanita berkonde
o   Muka menonjol ke depan, dengan dahi miring ke belakang.
Ada berbagai  jenis Pithecanthropus, seperti :
o   Pithecanthropus Mojokertensis
Manusia purba ini ditemukan pertama kali oleh Von Koenigswald pada tahun 1936 di daerah lembah kali Solo. Koenigswald menemukan fosil tengkorak kanak-kanak di dekat Mojokerto. Terutama dari tempat – tempat giginya dapat diperkirakan bahwa fosil itu umurnya belum melewati 5 tahun, dan merupakan tengkorak dari anak Pithecanthropus. Diperkirakan manusia purba ini hidup di zaman Pleistosen bawah.
o   Pithecanthropus Robustus
Pithecanthropus lainnya diperkirakan hidup pada zaman Pleistosen bawah dan Pleistosen tengah. Pithecanthropus yang hidup di lapisan Pleistosen bawah memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dan kuat dibandingkan dengan Pithecanthropus Erectus. Sehingga manusia purba ini diberi nama Pithecanthropus Robustus.
Pithecanthropus Robustus dan Mojokertensis ini merupakan Pithecanthropus tertua di Indonesia yang hidup kira-kira 2,5 hingga 1,25 juta tahun yang lalu. Selain ditemukan di daerah Mojokerto, fosil manusia purba ini juga ditemukan di Sangiran.
o   Pithecanthropus Erectus
Pithecanthropus Erectus berarti manusia kera yang dapat berjalan tegak. Fosil Manusia kera ini ditemukan oleh Eugene Dubois pada tahun 1891 di Trinil. Diperkirakan Pithecanthropus Erectus ini hidup di zaman Pleistosen Tengah (Ionian).
c)     Homo
Jenis ini memiliki sifat yang mirip dengan manusia sekarang. Mereka mampu menggunakan akal mereka untuk menghadapi tantangan alam. Homo adalah jenis manusia purba paling muda diantara fosil-fosil manusia purba lainnya. Jenis ini disebut juga Homo Erectus (manusia berjalan tegak) dan Homo Sapiens (manusia cerdas), dan umurnya sekitar 25.000- 40.000 tahun. Dengan ciri-rinya, sebagai berikut.
o   Tinggi tubuhnya 130-210 cm.
o   Otaknya lebih berkembang dibanding yang lain.
o   Kekuatan Otot kunyah, gigi, dan rahang menurun.
o   Tonjolan kening berkurang, dan berdagu.
o   Mempunyai ciri – ciri ras mongoloid, dan austramelanosoid.
Fosil Homo Sapiens yang ditemukan di Indonesia adalah Homo Soloensis dan Homo Wajakensis.
·         Homo Soloensis
Fosil jenis ini pertama kali ditemukan di Ngandong (di tepi Bengawan Solo). Ditemukan sebelas buah fosil tengkorak. Sebagian dari jumlah itu telah hancur, tetapi ada beberapa yang cukup memberi bahan guna penyelidikan yang seksama. Fosil ini ditemukan pada penelitian antara 1931-1934 oleh Koenigswald dan Weidenreich. Fosil ini tingkatannya lebih tinggi dari Pithecanthropus Erectus, mungkin sudah dapat dikatakan manusia. Sehingga fosil ini diberi nama Homo Soloensis, karena ditemukan di daerah Solo.
·         Homo Wajakensis
Fosil ini pertama kali ditemukan di daerah Campurdarat (Wajak), Tulung Agung (Jawa Timur) oleh Van Rietschoten pada tahun 1889. Fosil ini merupakan fosil manusia pertama yang dilaporkan dari Indonesia. Temuan ini diselidiki pertama kali oleh Eugene Dubois. Ia menyimpulkan bahwa kerangka yang ditelitinya termasuk dalam bangsa Austroloid, bernenek moyang Homo Soloensis dan nantinya menurun langsung bangsa-bangsa asli di Australia itu. Tetapi berdasarkan penyelidikan yang dilakukan oleh Koenigswald, fosil ini termasuk dalam Homo Sapiens, dan berasal dari lapisan Pleistosen atas.

2)     Pembagian Zaman Pleistosen (Dilluvium)
Zaman Pleistosen berlangsung kira-kira 600.000 tahun yang ditandai dengan adanya manusia purba. Zaman Pleistosen ditandai dengan meluasnya lapisan es di kedua kutub Bumi (zaman glacial) dan diseling dengan zaman ketika es kembali mencair (zaman interglacial). Pada masa ini, suhu yang turun naik membawa dampak terhadap naik turunnya permukaan air laut. Keadaan ini silih berganti selama zaman Pleistosen sampai empat kali. Di daerah tropika zaman glacial ini berupa zaman hujan (zaman pluvial) yang diseling dengan zaman kering (interpluvial). Pada zaman glacial permukaan air laut telah menurun dengan drastis sehingga banyak dasar laut yang kering menjadi daratan. Di Indonesia bagian barat dasar laut yang mengering itu disebut Dataran Sunda, sedangkan di Indonesia bagian timur disebut Dataran Sahul. Dataran Sunda telah menyebabkan kepulauan Indonesia bagian barat menjadi satu dengan Benua Asia, sedangkan Dataran Sahul telah pula menghubungkan kepulauan Indonesia bagian timur dengan Benua Australia. Itulah sebabnya fauna dan flora Indonesia barat mirip dengan fauna dan flora Asia dan sebaliknya fauna dan flora Indonesia timur mirip dengan Australia. Manusia yang hidup zaman Pleistosen adalah spesies Homo Erectus, yang menjadi pendukung kebudayaan batu tua (Palaeolithicum). Zaman Pleistosen berakhir 10.000 tahun Sebelum Masehi.Zaman Pleistosen dibagi menjadi 3 lapisan zaman, yakni sebagai berikut.
1.      Pleistosen Awal
Zaman ini juga dikenal sebagai Pleistosen Bawah (Lapisan dan Fauna Jetis). Pleistosen Bawah ialah subdivisi awal atau terendah dari periode Kwarter. Di lapisan inilah Meganthropus Palaeojavanicus, Pithecanthropus Modjokertensis dan Robustus ditemukan. Pleistosen Awal terdiri dari tahap Gelasius dan Calabria.
2.      Pleistosen Tengah
Zaman ini juga dikenal sebagai Lapisan atau Fauna Trinil. Pleistosen Tengah secara lebih khusus disebut sebagai tahap Ionia. Zaman Pleistosen Tengah ialah subdivisi peralihan dari Lapisan / Fauna Jetis ke Lapisan Ngandong pada periode Kwarter.Di lapisan inilah Pithecanthropus Erectus ditemukan. Para ilmuan menghubungkan makhluk ini sebagai missing link, atau makhluk peralihan dari kera ke manusia. 
3.      Pleistosen Akhir
Zaman ini juga dikenal sebagai Pleistosen Atas ( Lapisan atau Fauna Ngandong ). Secara lebih mengkhusus, Pleistosen Akhir ini disebut sebagai tahap Tarantian). Dilapisan ini Homo Sapiens, seperti : Homo Soloensis dan Homo Wajakensis hidup, tumbuh dan berkembang. Zaman ini merupakan subdivisi akhir atau teratas dari periode Kwarter.Pada zaman ini, banyak hewan-hewan besar yang mengalami kepunahan. Demikianlah tahap akhir dari periode Kwarter. Selanjutnya Tahap ini diikuti oleh Tahap Holosen atau Zaman Alluvium.