Kamis, 20 Desember 2012

Beauty and the Briefcase




Menurutku, film ini menceritakan seorang wanita yang terlalu pemilih untuk mencari pasangan atau tambatan hatinya. Sampai-sampai ia membuat 10 checklist criteria laki-laki idamannya. Dan tak satupun ada laki-laki yang bisa memenuhi kesepuluh criteria itu. Di tengah profesi yang dijalaninya sebagai penulis (undercover) cover story majalah Cosmopolitan, profesi yang sangat ia idam-idamkan, Lane Daniels (Hilary Duff) dituntut oleh editornya Kate White (Jaime Pressly) untuk bisa berkencan dengan laki-laki ‘berjas’, yang dimaksud disini adalah laki-laki kelas bisnis yang bekerja di perkantoran. Sehingga dengan terpaksa ia harus beralih karir ke dunia bisnis untuk menemukan dan berkencan dengan seorang pria yang memiliki keseluruhan criteria dalam checklistnya tersebut (Magic Man—sebutannya) dan ia tidak diperbolehkan untuk berkencan dengan laki-laki lainnya selain laki-laki ‘berjas’. Ia pun melamar pekerjaan di sebuah perusahaan investasi Thomson Fulworth dengan berbekal resume karangannya yang benar-benar mengesankan. Baginya, resume itu hanya sebagai sebuah kontes untuk melihat siapa yang paling banyak berbohong. Banyak akal-akal konyol yang ia gunakan agar ia bisa diterima bekerja di perusahaan itu. sampai akhirnya ia diterima oleh perusahaan itu sebagai asisten baru direktur pelaksana departemen itu, Tom Reinhart (Michael McMillian). Perusahaan Thomson Fulworth ini memang didominasi oleh karyawan laki-laki. Selama bekerja, Lane yang cantik dan stylish tentunya dengan mudah bisa berkenalan dengan banyak laki-laki dan mengajaknya untuk mengobrol, namun mereka hanya memenuhi 1 atau 2 kriteria dalam checklistnya. Sampai akhirnya ia bertemu dengan seorang laki-laki tampan dengan british aksennya yang seksi bernama Liam (Chris Carmack). Liam nyaris sempurna di mata Lane, karena Liam memenuhi 9 dari 10 kriteria yang ada. Hanya saja Liam bukanlah laki-laki berjas. Sedangkan Lane sudah dituntut untuk tidak berkencan dengan laki-laki lain selain pria berjas. Akankah ada laki-laki yang mampu memenuhi kesepuluh criteria yang ada dalam checklist Lane? Bagaimana akhir ceritanya? Saksikan saja film ini. Dijamin, kalian pasti akan terhibur dengan tingkah-tingkah jenaka Lane Daniels, dan juga didukung oleh aktor-aktor lawan main Hillary duff yang bisa membuat kita cuci mata B)
Menurutku, kelebihan dari film ini ialah openingnya yang cukup mengesankan bagiku. Dan sudut pandang yang digunakan dalam film Gil Junger ini ialah sudut pandang orang pertama pelaku utama. Sehingga film yang diadaptasi dari sebuah novel Diary of a Working Girl milik Daniella Brodsky ini memiliki ending yang cukup mengejutkan dan benar-benar unexpected.
Namun, kelemahan dari film ini ialah terjadi pembunuhan karakter bagi Seth (Matt Dallas) karena dia nampak hanya sebagai figuran namun namanya saja yang terus didengung-dengungkan. Tapi itu tidak cukup fatal, karena mungkin itu memang bagian dari ide Gil Junger sendiri. Selanjutnya, peran French Model (Brandi Coleman) tidak cukup berpengaruh dalam film. Namun, ia sering muncul menjadi sahabat Lane. Jadi kesannya, keberadaan Brandi Coleman itu benar-benar terasa garing (Maaf, hanya berpendapat). Selanjutnya detailnya masih kurang pas. Banyak adegan yang nampaknya Gill Junger kurang peka memperhatikan detailnya. Salah satunya, ketika Lane bertemu dan berbincang-bincang dengan Fashion Editor (Patricia French) awalnya Patricia melepas kacamatanya, namun tiba-tiba saja tanpa ada adegan Patricia memasang kacamatanya, kacamatanya secara tiba-tiba sudah bertengger di hidungnya. Memang itu tidak fatal, namun itu cukup menganggu. Mungkin editingnya masih perlu ditingkatkan lagi. Terima kasih J