Rabu, 02 Maret 2011

Masyarakat Awal Indonesia

Masyarakat Awal Indonesia

1)      Jenis-jenis Manusia Purba di Kepulauan Indonesia
Menurut para ilmuan, jaman yang terpenting bagi kehidupan kita ialah zaman Kwarter, dan pada masa inilah manusia mulai muncul untuk pertama kalinya. Zaman Kwarter ini dimulai sejak 600.000 tahun yang lalu. Zaman Kwarter inipun dibagi menjadi dua zaman lagi, yaitu Zaman Diluvium (Zaman Pleistosen), dan Zaman Alluvium (Zaman Holosen). Keadaan alam yang melatarbelakangi kehidupan manusia pada Zaman Pleistosen ditandai dengan peristiwa yang sangat besar pengaruhnya bagi kehidupan manusia. Peristiwa itu, yakni meluasnya permukaan es di muka bumi. Zaman ini dikenal dengan nama Zaman Es. Jejak kehidupan manusia purba yang ditemukan dari lapisan bumi Pleistosen  terdapat di berbagai tempat di dunia, termasuk juga di Kepulauan Indonesia. Di lapisan inilah mulai terdapat peninggalan-peninggalan manusia purba dan kebudayaannya. Indonesia menempati kedudukan yang sangat penting, dalam hal penemuan fosil. Ada berbagai macam dan jenis manusia purba yang pernah mendiami wilayah kepulauan Indonesia. Berikut diantaranya.

a)      Meganthropus
Meganthropus merupakan fosil manusia yang paling primitif atau tertua. Meganthropus Palaeojavanicus merupakan manusia purba yang hidup pada zaman Pleistosen bawah (Gelasian dan Calabrian). Meganthropus Palaeojavanicus berarti Manusia purba raksasa tertua dari Jawa. Fosil manusia purba ini ditemukan pertama kali oleh Gustav Heinrich Ralph Von Koenigswald di Sangiran antara tahun 1936-1941. Berdasarkan umurnya, fosil ini diperkirakan berumur sekitar 1-2 Juta tahun. Adapun ciri-ciri dari Meganthropus Palaeojavanicus ini ialah :
o   Badannya tegap dengan tonjolan di belakang.
o   Tulang pipi tebal dengan tonjolan pula pada kening atau dahinya.
o   Manusia ini tidak berdagu.
o   Otot kunyah, gigi, dan rahangnya besar dan kuat.
o   Biasanya jenis Meganthropus ini hanya memakan tumbuh-tumbuhan.
b)      Pithecanthropus
Pithecanthropus merupakan fosil manusia purba yang paling banyak ditemukan di Indonesia. Berasal dari asal katanya, yaitu pithekos yang berarti kera, dan anthropus yang berarti manusia. Sehingga Pithecanthropus berarti manusia kera. Pithecanthropus hidup di zaman Pleistosen bawah (Gelasian dan Calabrian), dan Pleistosen tengah (Ionian). Genus ini memiliki tubuh anggota badan yang tegap namun tak setegap Meganthropus. Adapun ciri-ciri dari genus Pithecanthropus ialah sebagai berikut.
o   Tinggi Badannya sekitar 165-180 cm.
o   Volume Otak berkisar antara 750-1350 cc.
o   Alat pengunyah dan alat tengkuk sangat kuat.
o   Bentuk graham besar dengan rahang yang sangat kuat.
o   Bentuk tonjolan kening tebal melintang di dahi dari sisi ke sisi
o   Bentuk hidung tebal
o   Bagian belakang kepala tampak menonjol menyerupai wanita berkonde
o   Muka menonjol ke depan, dengan dahi miring ke belakang.
Ada berbagai  jenis Pithecanthropus, seperti :
o   Pithecanthropus Mojokertensis
Manusia purba ini ditemukan pertama kali oleh Von Koenigswald pada tahun 1936 di daerah lembah kali Solo. Koenigswald menemukan fosil tengkorak kanak-kanak di dekat Mojokerto. Terutama dari tempat – tempat giginya dapat diperkirakan bahwa fosil itu umurnya belum melewati 5 tahun, dan merupakan tengkorak dari anak Pithecanthropus. Diperkirakan manusia purba ini hidup di zaman Pleistosen bawah.
o   Pithecanthropus Robustus
Pithecanthropus lainnya diperkirakan hidup pada zaman Pleistosen bawah dan Pleistosen tengah. Pithecanthropus yang hidup di lapisan Pleistosen bawah memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dan kuat dibandingkan dengan Pithecanthropus Erectus. Sehingga manusia purba ini diberi nama Pithecanthropus Robustus.
Pithecanthropus Robustus dan Mojokertensis ini merupakan Pithecanthropus tertua di Indonesia yang hidup kira-kira 2,5 hingga 1,25 juta tahun yang lalu. Selain ditemukan di daerah Mojokerto, fosil manusia purba ini juga ditemukan di Sangiran.
o   Pithecanthropus Erectus
Pithecanthropus Erectus berarti manusia kera yang dapat berjalan tegak. Fosil Manusia kera ini ditemukan oleh Eugene Dubois pada tahun 1891 di Trinil. Diperkirakan Pithecanthropus Erectus ini hidup di zaman Pleistosen Tengah (Ionian).
c)     Homo
Jenis ini memiliki sifat yang mirip dengan manusia sekarang. Mereka mampu menggunakan akal mereka untuk menghadapi tantangan alam. Homo adalah jenis manusia purba paling muda diantara fosil-fosil manusia purba lainnya. Jenis ini disebut juga Homo Erectus (manusia berjalan tegak) dan Homo Sapiens (manusia cerdas), dan umurnya sekitar 25.000- 40.000 tahun. Dengan ciri-rinya, sebagai berikut.
o   Tinggi tubuhnya 130-210 cm.
o   Otaknya lebih berkembang dibanding yang lain.
o   Kekuatan Otot kunyah, gigi, dan rahang menurun.
o   Tonjolan kening berkurang, dan berdagu.
o   Mempunyai ciri – ciri ras mongoloid, dan austramelanosoid.
Fosil Homo Sapiens yang ditemukan di Indonesia adalah Homo Soloensis dan Homo Wajakensis.
·         Homo Soloensis
Fosil jenis ini pertama kali ditemukan di Ngandong (di tepi Bengawan Solo). Ditemukan sebelas buah fosil tengkorak. Sebagian dari jumlah itu telah hancur, tetapi ada beberapa yang cukup memberi bahan guna penyelidikan yang seksama. Fosil ini ditemukan pada penelitian antara 1931-1934 oleh Koenigswald dan Weidenreich. Fosil ini tingkatannya lebih tinggi dari Pithecanthropus Erectus, mungkin sudah dapat dikatakan manusia. Sehingga fosil ini diberi nama Homo Soloensis, karena ditemukan di daerah Solo.
·         Homo Wajakensis
Fosil ini pertama kali ditemukan di daerah Campurdarat (Wajak), Tulung Agung (Jawa Timur) oleh Van Rietschoten pada tahun 1889. Fosil ini merupakan fosil manusia pertama yang dilaporkan dari Indonesia. Temuan ini diselidiki pertama kali oleh Eugene Dubois. Ia menyimpulkan bahwa kerangka yang ditelitinya termasuk dalam bangsa Austroloid, bernenek moyang Homo Soloensis dan nantinya menurun langsung bangsa-bangsa asli di Australia itu. Tetapi berdasarkan penyelidikan yang dilakukan oleh Koenigswald, fosil ini termasuk dalam Homo Sapiens, dan berasal dari lapisan Pleistosen atas.

2)     Pembagian Zaman Pleistosen (Dilluvium)
Zaman Pleistosen berlangsung kira-kira 600.000 tahun yang ditandai dengan adanya manusia purba. Zaman Pleistosen ditandai dengan meluasnya lapisan es di kedua kutub Bumi (zaman glacial) dan diseling dengan zaman ketika es kembali mencair (zaman interglacial). Pada masa ini, suhu yang turun naik membawa dampak terhadap naik turunnya permukaan air laut. Keadaan ini silih berganti selama zaman Pleistosen sampai empat kali. Di daerah tropika zaman glacial ini berupa zaman hujan (zaman pluvial) yang diseling dengan zaman kering (interpluvial). Pada zaman glacial permukaan air laut telah menurun dengan drastis sehingga banyak dasar laut yang kering menjadi daratan. Di Indonesia bagian barat dasar laut yang mengering itu disebut Dataran Sunda, sedangkan di Indonesia bagian timur disebut Dataran Sahul. Dataran Sunda telah menyebabkan kepulauan Indonesia bagian barat menjadi satu dengan Benua Asia, sedangkan Dataran Sahul telah pula menghubungkan kepulauan Indonesia bagian timur dengan Benua Australia. Itulah sebabnya fauna dan flora Indonesia barat mirip dengan fauna dan flora Asia dan sebaliknya fauna dan flora Indonesia timur mirip dengan Australia. Manusia yang hidup zaman Pleistosen adalah spesies Homo Erectus, yang menjadi pendukung kebudayaan batu tua (Palaeolithicum). Zaman Pleistosen berakhir 10.000 tahun Sebelum Masehi.Zaman Pleistosen dibagi menjadi 3 lapisan zaman, yakni sebagai berikut.
1.      Pleistosen Awal
Zaman ini juga dikenal sebagai Pleistosen Bawah (Lapisan dan Fauna Jetis). Pleistosen Bawah ialah subdivisi awal atau terendah dari periode Kwarter. Di lapisan inilah Meganthropus Palaeojavanicus, Pithecanthropus Modjokertensis dan Robustus ditemukan. Pleistosen Awal terdiri dari tahap Gelasius dan Calabria.
2.      Pleistosen Tengah
Zaman ini juga dikenal sebagai Lapisan atau Fauna Trinil. Pleistosen Tengah secara lebih khusus disebut sebagai tahap Ionia. Zaman Pleistosen Tengah ialah subdivisi peralihan dari Lapisan / Fauna Jetis ke Lapisan Ngandong pada periode Kwarter.Di lapisan inilah Pithecanthropus Erectus ditemukan. Para ilmuan menghubungkan makhluk ini sebagai missing link, atau makhluk peralihan dari kera ke manusia. 
3.      Pleistosen Akhir
Zaman ini juga dikenal sebagai Pleistosen Atas ( Lapisan atau Fauna Ngandong ). Secara lebih mengkhusus, Pleistosen Akhir ini disebut sebagai tahap Tarantian). Dilapisan ini Homo Sapiens, seperti : Homo Soloensis dan Homo Wajakensis hidup, tumbuh dan berkembang. Zaman ini merupakan subdivisi akhir atau teratas dari periode Kwarter.Pada zaman ini, banyak hewan-hewan besar yang mengalami kepunahan. Demikianlah tahap akhir dari periode Kwarter. Selanjutnya Tahap ini diikuti oleh Tahap Holosen atau Zaman Alluvium.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar